Efektifkah BSE ?

Buku Sekolah Elektronik ( BSE ) sudah diluncurkan Presiden SBY kemarin. Program tersebut telah didukung APBN yang mengalokasikan 20 % untuk dana pendidikan.

BSE sendiri dapat diunduh di sini. Menurut Mendiknas, Bambang Sudibyo, BSE terdiri dari 407 judul buku dari SD sampai SMA.

Banyak pro dan kontra akan kemunculan program tersebut. Keunggulan BSE adalah e-book tersebut adalah dapat dicetak, difotokopi, digandakan dan dialihmediakan oleh siapapun karena hak cipta telah dibeli oleh Depdiknas.

Namun kenyataan dilapangan membuktikan bahwa kemunculan BSE yang dikatakan sebagai program buku murah banyak menimbulkan masalah. Selain banyak sekolah di pelosok yang belum menjangkau internet, juga masalah efisiensi waktu dan biaya ketika mendownload.

Konon mendownload satu judul buku saja membutuhkan waktu berjam - jam, logika saya jika satu buku selesai dengan waktu 1 jam yang berarti Rp.3000 di warnet bagaimana jika 16 buku ( jumlah mata pelajaran di SMA ada 16 ) ?

Selain itu dinas pendidikan juga tidak memberi petunjuk buku mana saja yang musti diunduh, sehingga banyak wali murid yang bingung buku buku mana saja yang sesuai. Banyak yang bilang bahwa saat ini BSE hanya menyediakan 3 mata pelajaran pokok saja yakni bahasa Indonesia, matematika dan bahasa Inggris.

Program BSE memang ditujukan atas keluhan wali murid terhadap mahalnya buku pelajaran saat ini. Kalaupun terjadi masalah seperti diatas itu bukan kesalahan diknas sepenuhnya. Kesalahan mereka adalah tidak memikirkan alternatif atas masalah masalah yang timbul akibat BSE.

Bagaimana diknas ?




gambar diambil dari sini